Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Pembentukan Akhlak (1)

Metode dalam membentuk akhlak adalah hal yang sangat penting, sebab keberhasilan sebuah proses pembentukan akhlak akan tercapai sesuai tujuan yang sudah ditetapkan jika menggunakan metode yang tepat, jika tidak maka tujuan dari pembentukan akhlak tersebut tidak akan berhasil.

Banyak metode dalam usaha pembentukan akhlak. Berikut ini adalah beberapa metode pembentukan akhlak yang dapat dilakukan agar pembentukan akhlak berjalan dengan baik:


a.       Nasihat

Memberi nasihat merupakan metode yang menyentuh diri dan mendorong semangat penasihat dan yang dinasihati untuk mengadakan perbaikan diri, sehingga pesan-pesannya dapat diterima. [1] Anak-anak biasanya senang mendengarkan nasehat, terutama dari orang yang dicintainya. Oleh karena itu, dalam memberikan nasihat, seyogianya menggunakan cara dan bahasa yang mudah dan menyenangkan, menjauhi cara yang mengesankan kekerasan atau kasar. Ada baiknya pemberian nasihat diselingi humor yang menyegarkan dan mendidik serta tidak dilakukan terus-menerus agar anak tidak bosan.

Nasihat yang baik merupakan sarana-sarana yang bisa menghubungkan jiwa seseorang dengan cepat, karena jiwa manusia dapat terpengaruh dengan yang disampaikan kepadanya berupa kata-kata, apalagi bila kata-kata itu dihiasi dengan keindahan, lembut, sayang, dan mudah dimengerti, jelas hal itu akan menggetarkan hatinya.[2] Ketika orang tua menasihati anaknya harus menunjukkan kualitas sikap yang baik agar nasihat yang diberikan berdampak efektif dan membekas dalam benak anak. Sehingga nasihat ynag diberikan tidak mudah hilang, tidak membuat anak tersakiti, dan tidak membuat anak menyimpan rasa dendam dalam hidupnya.

b.      Pembiasaan

Kebiasaan memegang peranan penting dalam proses kehidupan manusia, khususnya berkaitan dengan pembentukan akhlak. Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak yang baik, maka semua yang baik itu diubah menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan yaitu mengulangi kegiatan tertentu berkali-kali agar menjadi bagian hidup manusia.[3]

Akhlak yang baik dan dilaksanakan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan serta kehidupannya akan diselimuti dengan akhlak yang baik. Hal ini juga berlaku sebaliknya, ketika seseorang berperilaku akhlak yang buruk dalam kesehariannya akan mengantarkan dirinya menjadi seseorang yang dikenal sebagai orang yang berakhlak buruk. Karenanya proses pembiasaan akhlak yang baik dalam kahidupan ini harus senantiaa terus menerus dilakukan. Adapun cara Islam dalam menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik adalah dengan cara (1) membangkitkan hati dan kemampuan untuk mengubah pandangan manusia. Cara ini digunakan untuk mengubah manusia dari kebiasaan ingkar menjadi iman. Hanya saja cara ini berpijak kepada perpindahan dari lingkungan ingkar ke lingkungan iman. (2) Mengajak berfikir. Islam juga mencakup hal yang ghaib, yakni aspek-aspek yang murni harus diimani secara pasrah. Selain itu Islam juga mencakup aspek rasional atau yang bersifat pemikiran, dimana ia mengajak umatnya memikirkan hal itu. Dengan demikian Islam berbicara kepada manusia menurut kemampuan berfikir mereka dan menerjemahkannya pada sikap sikap pembiasaan akhlak tersebut.

Pembiasaan memberikan dampak yang kuat laksana mengukir diatas batu, sebegitu kuatnya sehinga tidak bisa dihapus begitu saja. Pembiasaan shalat yang selama ini dilakukan oleh seseoang, telah menorehkan komitmen yang begitu hebat hingga muncul perasaan berdosa bila meninggalkannya. Bahkan ketika dalam keadaan tidur sekali pun, bisa dipastikan akan terjaga bila belum menunaikan shalat. Pembiasaan ini tentu saja telah menjadi nilai jati diri dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem kerja jiwa dan raga seseorang.

Pembiasaan dalam menanamkan akhlak merupakan tahapan penting yang seharusnya menyertai pekembangan seseorang. Mengajari akhlak dengan tanpa pembiasaan melaksanakannya, hanyalah menabur benih ke tengah lautan atau melempar benih ke aliransungai-sungai yang deras. Betapa sia-sianya, karena dalam akhlak bukan sekedar pengetahuan tetapi pemaknaan dalam kehidupan.

c.       Memilih Teman yang Baik

Seorang teman akan menunjukan tentang orang yang ditemaninya. Karenanya memilih teman yang berakhlak baik adalah langkah yang tepat dalam proses pembentukan akhlak. Rasulullah SAW bersabda berkaitan dengan memilih teman yang baik ini yaitu “manusia itu menurut agama temannya, maka hendaklah setiap kalian memperhatikan siapa yang menemaninya.”[4] Memilih teman yang baik adalah sebuah usaha agar dirinya senantiasa berada dalam kebaikan, karena jikalau ia berbuat salah maka teman baik tersebut akan mengingatkannya, menasihatinya. Sehingga satu sama lain bisa terus menerus dalam kebaikan.



[1] Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 61.

[2] Al-Maghribi bin as-Sa’id al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak (Jakarta: Darul Haq, 2019), h. 256.

[3] Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi, h. 68.

[4] Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi, h. 72.